Langkah
Perencanaan Bendung
LANGKAH-LANGKAH
PERENCANAAN BENDUNG
Penetapan Lokasi Bendung :
Penetapan lokasi bendung dalam tugas ini di berikan oleh asisten tugas.
Penggambaran Catchment Area :
Catchment Area / daerah tangkapan digambarkan menurut peta dan dilihat dari kontur yang ada pada peta kemudian di dapat luas masing-masing stasiun yang telah di tentukan.
Menghitung Curah Hujan Rerata DAS atau Analisa Hidrologi :
Analisa frekuensi adalah suatu analisa untuk mencari besaran tersebut. Dengan melihat syarat dan ketentuan yang ada dapat di pakai metode yang tepat untuk mencari besaran tersebut.
Menghitung Desain Flood :
Desain flood adalah perencanaan debit yang di rencanakan untuk melewati bendung, dalam tugas ini di pakai metode ;
Melchior
Haspers
Rasional
Dari ketiga metode ini di cari nilai yang terbesar.
Penetapan Lokasi Bendung :
Penetapan lokasi bendung dalam tugas ini di berikan oleh asisten tugas.
Penggambaran Catchment Area :
Catchment Area / daerah tangkapan digambarkan menurut peta dan dilihat dari kontur yang ada pada peta kemudian di dapat luas masing-masing stasiun yang telah di tentukan.
Menghitung Curah Hujan Rerata DAS atau Analisa Hidrologi :
Analisa frekuensi adalah suatu analisa untuk mencari besaran tersebut. Dengan melihat syarat dan ketentuan yang ada dapat di pakai metode yang tepat untuk mencari besaran tersebut.
Menghitung Desain Flood :
Desain flood adalah perencanaan debit yang di rencanakan untuk melewati bendung, dalam tugas ini di pakai metode ;
Melchior
Haspers
Rasional
Dari ketiga metode ini di cari nilai yang terbesar.
Perhitungan Bendung :
Penetapan dimensi bendung
Tinggi bendung , jarak antara lantai muka bendung sampai puncak bendung
Menghitung kemiringan sungai
Menentukan tinggi muka air maximum di sungai
Menentukan lebar bangunan
Menentukan lebar efektif bendung
Menghitung tinggi muka air di atas bendung
Kontrol Sifat Aliran
Lantai Muka Bendung :
Dipakai cara Lane dan Bligh untuk menentukan panjang lantai muka bendung
Mendesain Pintu Pengambilan dan Pintu Penguras
Analisa Stabilitas Bendung :
Gaya-gaya yang bekerja pada bendung
Kontrol Stabilitas Bendung
GAMBARAN KEADAAN WILAYAH PERENCANAAN
Kondisi Topografi
Dari peta topografi terlihat bahwa daerah perencanaan (sungai yang akan dibendung) pada umumnya memiliki kemiringan yang landai. Ini dapat terlihat dari contour yang dilalui oleh aliran sungai. Namun secara keseluruhan daerah perencanaan merupakan daerah pengunungan dengan kemiringan yang curam (pada daerah hulu), hal tersebut terlihat dari jarak garis contour yang begitu rapat dan pada daerah – daerah hilir (terdapat pusat penduduk) memiliki kemiringan yang lebih landai.
Tutupan Lahan
Pada daerah perencanaan terdapat beberapa utupan lahan (daerah perencanaan merupakan sungai yang ditinjau), antara lain: adanya kebun kelapa, daerah pemukiman warga (dusun), dan adanya jalan untuk kendaraan.
LANGKAH – LANGKAH PERENCANAAN
Penetapan Lokasi Bendung
Penetapan lokasi bendung untuk tugas perencanaan ini dilakukan oleh dosen asisten tugas, namun dalam perencanaan ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menetapkan lokasi bendung, antara lain:
Kondisi topografi dari rencana daerah irigasi.
Kondisi topografi dari lokasi bendung.
Kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung, termasuk angkutan sedimen.
Kondisi tanah pondasi, bendung harus ditempatkan pada lokasi di mana tanah pondasinya cukup baik hingga bangunan akan stabil.
Biaya pelaksanaan.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi, seperti : penggunaan lahan di sekitar bendung, kemungkinan pengembangan daerah di sekitar bendung, perubahan morfologi sungai, daerah genangan yang tidak terlalu luas, dan ketinggian tanggul banjir.
Penggambaran Catchment Area (Daerah Aliran Sungai)
Catchment area digambar dengan memperhatikan posisi contour di sekitar sungai yang direncanakan. Melalui posisi contour akan ditarik batasan areal, dimana diasumsikan aliran air yang jatuh pada lahan akan turun menuju sungai dengan daerah tegak lurus contour. Batasan daerah tangkapan dibuat mengelilingi sungai sehingga akan diperoleh sebuah areal yang disebut Daerah Aliran Sungai (catchment area).
Menghitung Curah Hujan Rerata DAS atau Analisa Hidrologi
Analisa hidrologi dilakukan untuk menentukan curah hujan mksimum yang nntinya akn dipakai sebagai curah hujan rencana. Data curah hujan didapat dari stasiun terdekat yang ada. Tetapi untuk tugas perencanaan ini dipakai data dari contoh tugas yang lain dengan menambah +5 pada setiap nilai curah hujan maksimum. Dalam analisis digunakan Metode Metode Gumbel dengan minimal data yang dimiliki yaitu 10 tahun.
Rumus Metode Gumbel :
X_t= X ̅_a+ K .S_x
Dimana : Xt = Curah Hujan maksimum pada Return Period
X ̅a = Curah Hujan Rerata maksimum tiap stasiun
K = (y_t- y_n)/s_n , yt = Reduce Variabel
Yn = Reduce Mean
Sn = Standar Deviator
Menghitung Desain Flood
Desain Flood merupakan design yang dipakai untuk menentukan besarnya debit yang direncanakan untuk melewati bendung. Adapun metode yang digunakan untuk melakukan design ini, yaitu : - Metode Meichior dan Gumbel (kombinasi). Qmax= ∝ .F .q . Rmax/200
Dimana: α = Koefisien Pengaliran
F = Luas Catchment Area
q = Debit pengaliran maksimum pada tiap – tiap km2 pada curah hujan terbesar setempat dalam 24 jam (m3/det/km2).
Rmax = Curah Hujan Harian Maksimum rata – rata dari stasiun – stasiun yang memenuhi.
Perhitungan Bendung
Adapun langkah – langkah untuk perhitungan Bendung, antara lain :
Penetapan dimensi Mercu (Peil Mercu)
Penetapan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga akan diperoleh dimesi bendung yang diperlukan.
Tinggi Bendung Tinggi bendung merupakan tinggi pada bendung yang diukur dari jarak antara lantai muka bendung sampai puncak bendung.
Menghitung Kemiringan Sungai Perhitungan ini dilakukan dengan meninjau daerah sejauh 2 km ke arah hilir dan hulu bendung.
Penampang Sungai Rata – rata Bentuk penampang diasumsikan sebagai trapezium, dengan cara trial and error akan diperoleh tinggi muka air maksimum yang sesuai dengn Q design.
Menentukan Lebar Bangunan Dalam menentukan design lebar bangunan/bendung, sebaiknya diambil sama dengan lebar sungai Normal (Bn). Hal ini untuk mencegah agar tidak terlalu mengganggu aliran sungai yang mestinya akan melewati bangunan bendung ini.
Lebar Efektif Bendung Merupakan lebar untuk melewatkan debit yang dihasilkan oleh catchment area pada bendung yang direncanakan. Hal ini terjadi, kemungkinan karena adanya pilar – pilar dan pintu penguras di sekitar bendung, sehingga lebar efektif diharuskan lebih kecil daripada lebar bendung.
Menghitung Tinggi Air Maksimum di atas Mercu Yang dimaksud muka air di atas mercu adalah muka air sedikit di muka mercu sebelum air berubah bentuknya menjadi melengkung ke bawah, dianggap pengaliran sempurna.
Penetapan dimensi bendung
Tinggi bendung , jarak antara lantai muka bendung sampai puncak bendung
Menghitung kemiringan sungai
Menentukan tinggi muka air maximum di sungai
Menentukan lebar bangunan
Menentukan lebar efektif bendung
Menghitung tinggi muka air di atas bendung
Kontrol Sifat Aliran
Lantai Muka Bendung :
Dipakai cara Lane dan Bligh untuk menentukan panjang lantai muka bendung
Mendesain Pintu Pengambilan dan Pintu Penguras
Analisa Stabilitas Bendung :
Gaya-gaya yang bekerja pada bendung
Kontrol Stabilitas Bendung
GAMBARAN KEADAAN WILAYAH PERENCANAAN
Kondisi Topografi
Dari peta topografi terlihat bahwa daerah perencanaan (sungai yang akan dibendung) pada umumnya memiliki kemiringan yang landai. Ini dapat terlihat dari contour yang dilalui oleh aliran sungai. Namun secara keseluruhan daerah perencanaan merupakan daerah pengunungan dengan kemiringan yang curam (pada daerah hulu), hal tersebut terlihat dari jarak garis contour yang begitu rapat dan pada daerah – daerah hilir (terdapat pusat penduduk) memiliki kemiringan yang lebih landai.
Tutupan Lahan
Pada daerah perencanaan terdapat beberapa utupan lahan (daerah perencanaan merupakan sungai yang ditinjau), antara lain: adanya kebun kelapa, daerah pemukiman warga (dusun), dan adanya jalan untuk kendaraan.
LANGKAH – LANGKAH PERENCANAAN
Penetapan Lokasi Bendung
Penetapan lokasi bendung untuk tugas perencanaan ini dilakukan oleh dosen asisten tugas, namun dalam perencanaan ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menetapkan lokasi bendung, antara lain:
Kondisi topografi dari rencana daerah irigasi.
Kondisi topografi dari lokasi bendung.
Kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung, termasuk angkutan sedimen.
Kondisi tanah pondasi, bendung harus ditempatkan pada lokasi di mana tanah pondasinya cukup baik hingga bangunan akan stabil.
Biaya pelaksanaan.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi, seperti : penggunaan lahan di sekitar bendung, kemungkinan pengembangan daerah di sekitar bendung, perubahan morfologi sungai, daerah genangan yang tidak terlalu luas, dan ketinggian tanggul banjir.
Penggambaran Catchment Area (Daerah Aliran Sungai)
Catchment area digambar dengan memperhatikan posisi contour di sekitar sungai yang direncanakan. Melalui posisi contour akan ditarik batasan areal, dimana diasumsikan aliran air yang jatuh pada lahan akan turun menuju sungai dengan daerah tegak lurus contour. Batasan daerah tangkapan dibuat mengelilingi sungai sehingga akan diperoleh sebuah areal yang disebut Daerah Aliran Sungai (catchment area).
Menghitung Curah Hujan Rerata DAS atau Analisa Hidrologi
Analisa hidrologi dilakukan untuk menentukan curah hujan mksimum yang nntinya akn dipakai sebagai curah hujan rencana. Data curah hujan didapat dari stasiun terdekat yang ada. Tetapi untuk tugas perencanaan ini dipakai data dari contoh tugas yang lain dengan menambah +5 pada setiap nilai curah hujan maksimum. Dalam analisis digunakan Metode Metode Gumbel dengan minimal data yang dimiliki yaitu 10 tahun.
Rumus Metode Gumbel :
X_t= X ̅_a+ K .S_x
Dimana : Xt = Curah Hujan maksimum pada Return Period
X ̅a = Curah Hujan Rerata maksimum tiap stasiun
K = (y_t- y_n)/s_n , yt = Reduce Variabel
Yn = Reduce Mean
Sn = Standar Deviator
Menghitung Desain Flood
Desain Flood merupakan design yang dipakai untuk menentukan besarnya debit yang direncanakan untuk melewati bendung. Adapun metode yang digunakan untuk melakukan design ini, yaitu : - Metode Meichior dan Gumbel (kombinasi). Qmax= ∝ .F .q . Rmax/200
Dimana: α = Koefisien Pengaliran
F = Luas Catchment Area
q = Debit pengaliran maksimum pada tiap – tiap km2 pada curah hujan terbesar setempat dalam 24 jam (m3/det/km2).
Rmax = Curah Hujan Harian Maksimum rata – rata dari stasiun – stasiun yang memenuhi.
Perhitungan Bendung
Adapun langkah – langkah untuk perhitungan Bendung, antara lain :
Penetapan dimensi Mercu (Peil Mercu)
Penetapan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga akan diperoleh dimesi bendung yang diperlukan.
Tinggi Bendung Tinggi bendung merupakan tinggi pada bendung yang diukur dari jarak antara lantai muka bendung sampai puncak bendung.
Menghitung Kemiringan Sungai Perhitungan ini dilakukan dengan meninjau daerah sejauh 2 km ke arah hilir dan hulu bendung.
Penampang Sungai Rata – rata Bentuk penampang diasumsikan sebagai trapezium, dengan cara trial and error akan diperoleh tinggi muka air maksimum yang sesuai dengn Q design.
Menentukan Lebar Bangunan Dalam menentukan design lebar bangunan/bendung, sebaiknya diambil sama dengan lebar sungai Normal (Bn). Hal ini untuk mencegah agar tidak terlalu mengganggu aliran sungai yang mestinya akan melewati bangunan bendung ini.
Lebar Efektif Bendung Merupakan lebar untuk melewatkan debit yang dihasilkan oleh catchment area pada bendung yang direncanakan. Hal ini terjadi, kemungkinan karena adanya pilar – pilar dan pintu penguras di sekitar bendung, sehingga lebar efektif diharuskan lebih kecil daripada lebar bendung.
Menghitung Tinggi Air Maksimum di atas Mercu Yang dimaksud muka air di atas mercu adalah muka air sedikit di muka mercu sebelum air berubah bentuknya menjadi melengkung ke bawah, dianggap pengaliran sempurna.
Kontrol Sifat Aliran
Control ini dibutuhkan untuk mengetahui aliran yang terjadi pada bendung. Control ini akan menghasilkan jenis aliran yaitu Aliran sempurna atau Aliran tidak sempurna.
Lantai Muka Bendung
Lantai muka bendung, berfungsi untuk mengurangi tekanan air ke atas pada bidang kontak pondasi bangunan dengan dasar pondasi dan juga memperpanjang jalan aliran. Untuk menentukan panjang muka bendung digunakan TEORI BLEIGH dan TEORI LANE.
Mendimensi Pintu Pengambilan (intake) dan Pintu Penguras
Bangunan Intake
Bangunan intake merupakan suatu bangunan pada bendung yang berfungsi sebagai penyadap aliran sungai, pengatur pemasukkan air dan sedimen serta menghindarkan sedimen dasar sungai masuk ke intake.
Bangunan Pengambilan / Penguras Bangunan ini dekat dan menjadi satu kesatuan dengan Intake, yang berfungsi untuk menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi angkutan muatan layang masuk ke Intake. Bangunan ini dirancang pada bendung dengan volume angkutan muatan sedimen dasar relative besar.
Analisa Stabilitas Bendung Analisa ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat keamanan bendung, yaitu harus stabil terhadap geser, guling, dan penurunan, sehingga perlu untuk menghitung gaya – gaya pada bangunan, antara lain :
Berat sendiri bangunan
Gaya gempa
Tekanan lumpur
Gaya up lift (tekanan air di bawah bendung)
Gaya hidrostatis
Kontrol Stabilitas Bendung
Dari control yang dilakukan akan diperoleh suatu kepastian kondisi dari bendung terhadap faktor – faktor alam yang ada dan gaya – gaya yang terjadi.
Semoga bisa berguna...enjoy it
No comments:
Post a Comment